Archive for Masa Kanak-kanak

MASA KANAK KANAK

Masa kanak kanak

Awal masa kanak-kanak  adalah usia prakelompok, saat diletakkannya dasar perkembangan sosial yang merupakan ciri usia berkelompok diakhir masa kanak-kanak.  Akhir masa kanak-kanan ditandai dengan adanya minat terhadap kegiatan teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, dan  merasa tidak puas jika tidak bersama-sama dengan temannya. Anak tidak hanya lebih banyak bermain dengan anak-anak lain, tetapi juga lebih banyak berbicara dikarenakan mereka sudah memiliki pengalaman kanak kanaknya, dan bercerita dengan versi anak anak., dan mulai banyak bertanya tentang hal yang menarik perhatiannya.

Kebahagiaan yang diperoleh pada awal masa kanak-kanak lebih banyak bergantung pada kejadian yang menimpa anak di rumah daripada kejadian di luar rumah.

Anak menjadi menyukai hubungan sosial dengan orang sekitarnya. Dalam masa kanak kanak, si anak lebih menyukai berhubungan dan berinteraksi dengan teman teman sejenis, disbanding  bergaul dengan teman yang berlawanan jenis.

Minat untuk berinteraksi dengan anak lainnya terlihat nyata pada usia dua sampai tiga tahun, dan mereka berusaha melakukan kontak sosial dengan temannya.

Adapun tahapan dalam perkembangan moral anak adalah :

Pertama ini disebut bermain sejajar, yakni bermain sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak-anak lain. Kontak yang terjadi bukan merupakan kerjasama, tetapi cenderung bersifat perkelahian.

Tahap kedua, adalah bermain asosiatif, yaitu anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain.

Tahap ketiga, adalah bermain kooperatif, yaitu anak makin meningkatkan kontak sosialnya, ia menjadi anggota dari suatu kelompok dan saling berinteraksi.

Ketika anak mencapai akhir masa kanak-kanak, kode moral berangsur-angsur mendekati kode moral orang dewasa, yang ditandai dengan anak berhubungan dan prilakunya semakin sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh orang dewasa.

Menurut berbagai penelitian juga yang dilakukan oleh  Whiteman, Yarrow dan Waxler (1976) menyatakan bahwa ada kecenderungan anak yang lebih matang dalam penilaian moral, relatif memiliki IQ yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak  anak yang mempunyai IQ lebih rendah.  Di samping itu anak perempuan cenderung memperoleh penilaian moral yang lebih matang dibanding anak laki-laki.

Namun terjadi sanggahan sanggahan dari para peneliti lainnya, dikarenakan pertumbuhan dunia yang begitu pesat yang menyebabkan pola didik dan pola asuhpun berubah di dalam masyarakat, perlu menjadi pertimbangan dalam memberikan stimulus pertumbuhan moral anak. Dan faktor yang sangat berpengaruh bagi anak adalah faktor lingkungan. Dalam hal ini lingkungan terdekat  adalah keluarga. Anak dapat diperkenalkan dengan aktivitas sehari hari yang terjadi di dalam keluarga sejak dini, hal ini dilakukan dengan cara bermain seolah olah ia sedang melakukan permainan, meskipun pada hakikatnya ia sedang membantu kita dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Bilamana ia memiliki saudara baik yang lebih kecil maupun yang lebih tua darinya, mereka dapat diajarkan untuk saling memahami, saling mengalah, dan bekerjasama.  Juga si anak dapat diperkenalkan dengan berbagai aktivitas orangtua di luar rumah. Misalnya dimana orangtua bekerja, mengapa orangtua harus bekerja, apakah bekerja harus dilakukan di luar rumah ataupun bisa juga di dalam rumah sesuai dengan panggilan jiwa dan kesempatan seseorang.Kita juga dapat memberitahu juga  tujuan dari bekerja yaitu untuk memperoleh uang secara halal.

Setiap keluarga pastinya memiliki cara yang berbeda dalam  melakukan interaksi dengan anak dan tujuannya adalah untuk memberikan perkembangan moral yang baik dan benar terhadap anak.

Di samping itu disiplin berperan penting dalam perkembangan moral anak.  Meskipun anak  membutuhkan disiplin, namun jika disiplin diterapkan terlalu kaku dan terus menerus, maka anak yang mulai bertumbuh besar cenderung menjadi benci dengan disiplin yang diterapkan, sebab saat ini ia ingin disebut mampu seperti layaknya orang “dewasa” .

Apabila disiplin diperlukan dalam perkembangan moral, haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.. Pada masa ini anak sudah mulai suka meniru gaya orang “dewasa” dan tidak suka disebut “masih kecil”. Untuk itu gaya disiplin yang perlu diterapkan adalah disesuaikan juga dengan pertumbuhan moral anak. Dalam hal ini kita bisa memberitahu dengan berbagai cara yang persuasive dan memberi contoh konkrit kepada anak, dengan bahasa yang mudah mereka mengerti, namun tidak bersifat paksaan, maupun hardikan, apalagi memukulnya !

Leave a comment »